Jumat, 15 Juni 2012

My 1st ...

Ini bukan sesuatu yang bisa diungkapkan secara gamblang. Hal ini. Masalah ini. Diri ini. Aku begitu ingin menuliskannya sekarang juga, detik ini juga pada postingan ini.
Tapi, dia atau setidaknya dia yang lainnya, mereka, yah, suatu saat pasti akan membacanya.

Ponsel?
Seakan benda kecil itu cukup untuk mencurahkan seluruh perasaanku. Letupan-letupan amarah dan kesedihan ini. Dan kalaupun bisa kulakukan, seakan hatiku puas? Di satu sisi, aku begitu ingin menuliskan semuanya, di tempat aman dan biarkan tersembunyi hingga hanya aku dan Tuhan yang tahu. Biarkan waktu menelannya.
Tapi, betapa rasa sakit ini hanya akan makin menjadi. Tanpa seorangpun mengetahuinya. Betapa makin menyiksanya amarah dan tangis ini. Menjelma menjadi suatu bentuk kemarahan yang lebih dahsyat dari sekarang. Mengikis semua kebaikan. Hanya karena perasaan begitu merasa.. Merasa... Merasa tertutup.

Oh, tertutup?
Yah. Tidak juga sebenarnya.

Hal ini.. Urgh!
Bahwa, ini salahku. Masalah ini karena diriku sendiri. Ah tidak! Bukan hanya karena aku. Puluhan faktor mendorongku melakukannya. Melakukan hal bodoh itu. ya, menjadi orang lain.

Betapa hati ini tersiksa dengan segala senyum dan tawa yang kurasakan muncul dari mulutku sendiri. Betapa sebenarnya begitu sakit mendengar kata ”Tidak apa-apa” yang meluncur halus dari mulutku sendiri. Rasa sakit itu. Entah bagaimana mengobatinya.

Menjadi diriku sendiri? Gila. Dunia – setidaknya di sekelilingku – akan berubah. Sikap mereka, perlakuan mereka. Mereka menerima diriku. Bukan, bukan. Maksudku, imitasi diriku.

Terkadang, ingin aku menangis keras-keras menumpahkan perasaan. Luka yang mendalam. Betapa sakit mendapati masalah yang tak henti datang. Aku tahu itu hanyalah batu ganjalan dari Yang Kuasa. Tapi, sikap palsuku dalam menghadapinya begitu menyiksaku.

Aku hanya bisa marah dalam hati. Dengan tatapan mata tak tahu hal itu. Masalah itu. Tapi, aku tahu!
Dunia, aku tahu!
Kau, aku tahu masalah itu. Aku tahu pembicaraan itu.
Dan orang dewasa, kalian pikir aku tak tahu?
Teman-teman, aku tahu. Aku tahu itu.
Jangan pernah berpikir aku hanyalah seorang polos yang tak mengerti hal-hal yang kalian lakukan. Aku mengetahuinya!
Mungkin memang bukan semuanya, tapi setidaknya sebagian besar.

Kalian tahu, kadang aku juga begitu menyesal mendapati diriku yang sekarang. Kenapa waktu itu aku harus melakukannya. Hal-hal impulsif itu!

Untuk apa aku terus-terusan melakukannya sementara kalian tidak pernah sedikitpun peduli. Tapi, jika aku berhneti melakukannya, kalian akan mulai menatap. Mendengus. Mengeluh. Memprotes.

Hhh..
Sudahlah. Akhiri saja seperti ini. Biarkan tanpa kesimpulan.
Yah, biarkan saja. Right, let it be... Like you did yesterday.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman